1.
المعجم العين
A. Biografi pengarang
Penulis mu’jam Al-‘Ain adalah khalil bin ahmad (718-786 M), beliau dilahirkan di Umam akn tetapi tumbuh besar, belajar dan mengajar di Bashrah. Beliau berasal dari kabilah Al-Azd dan dikenal dengan Al-Farahidi.
Diantara karangan beliau
adalah Al-Arudh, Asy-Syawahid, Al-Jumal, Al-Iqna, dan An-Naqth Wa Asy-Syakal dan Kitab al-ain (mu’jam al-‘ain) yang merupakan kamus
pertama yang sampai kepada kita.
Diantara karangan beliau
adalah Al-Arudh, Asy-Syawahid, Al-Jumal, Al-Iqna, dan An-Naqth Wa Asy-Syakal dan Kitab al-ain (mu’jam al-‘ain) yang merupakan kamus
pertama yang sampai kepada kita.
B.
Metode penulisan
Diantara metode penulisan yang digunakan
al-khalil dalam kitab al-ain adalah sebagai berikut.
Urutan entri-entri sesuai dengan makhraj
(tempat keluar) suara sebagai berikut.
و ي ا -
ف ب م - ر ل ن - ظ ذ ث - ط د ت
- ص س ز- ج ش ض – ق ك – ع ح هـ خ غ
Khalil menyusun urutan huruf tersebut
berdasarkan tempat keluarnya huruf itu, yaitu mulai dari ujung tenggorokan sampai syafah
(bibir)
Penyusunan jumlah kalimah (kata)
mengikuti aturan huruf-huruf asli, tanpa mempedulikan huruf-huruf tambahan atau
huruf-huruf yang dibalik/dioplos(taqlibat).
Mengikuti susunan taqlibat (pembalikan huruf )
yang digagas khalil sendiri. Ia memproses satu kalimah dan membaliknya masih dalam
satu tempat. Misalnya kita dapat menemukan kalimahب
ع د- ب غ د – ب ع د – د ع ب - د ب ع – ع د ب – ع ب د semuanya
dalam satu entri kalimah serta berada di bawah huruf ain (ع), karena huruf ain lebih dahulu dari (ب) dan د) (؛sesuai urutan makhraj huruf. Untuk itu, khalil memulai
kamusnya dengan entri kalimah عق kemudian عك, tetapi ia tidak melanjutkan kepada kata-kata yang tersusun dari huruf’ ain dan ha atau dari
huruf ain dan kha.
2.
المعجم المحيط (kamus Al-Muhith)
Sejak abad 8 H kamus muhit merupakan salah satu kamus
pilar dan paling populer. Kamus ini sering digunakan sebagai rujukan utama oleh
para ahli bahasa, ahli tafsir, ahli hadits, ahli fiqih dan juga para pujangga
sastra Arab. Lihat dalam teks Arab klasik maupun teks Arab kontemporer yang
terangkai dalam maktabah syamilah, bahwa penggunaan kamus muhit sangat dominan
sebagai rujukan dalam menjelaskan makna kata-kata dari pada kamus lain. Ini
menunjukan bahwa kamus muhit merupakan salah satu khazanah warisan abad
pertengahan yang masih urgen dan digunakan
sampai era modern saat ini. Kamus muhit merupakan karya Fairuz Abadi tahun 729
– 816 H (1308-1395 M) yang muncul setelah wafatnya ibnu mandlur pemilik kamus
lisan al-Arab. Kamus ini menggunakan model qofiyah yaitu melakukan pencarian
huruf dasar atau akar kata lalu di urutkan dari belakang, dengan melihat huruf
akhir dalam akar kata tersebut kemudian kembali ke huruf awal. Model penyusunan
seperti ini bisa di temukan pada kamus al-Shihah karya al-Jauhary, Taaj al-`Arus
karya al-Zubaidy, al-Bughyah karya al-Suyuthy, dan kamus lisan al-Arab
karya ibnu mandlur.
Kamus muhit ini kurang populer di kalangan
pelajar Indonesia. Di antara alasannya adalah karena penyusunannya menggunakan model qofiyah, dan ditulis dengan menggunakan
satu bahasa. Mereka lebih memilih menggunakan model kamus modern (al-ma`ajim
al-`ashriyah) dengan penulisan dwibahasa atau lebih, cara penggunaannya
biasanya dilakukan dengan pencarian akar kata lalu di urutkan dari depan ke
belakang yaitu dari huruf awal, kedua dan ketiga sesuai abjad alphabet.
Seperti al-Maurid karya Said al-Khaury, al-Munjid karya Ma’luf dan al-Munawwir
karya Ahmad Warson Munawwir Krapyak Jogjakarta.
3.
المعجم الوسيط (kamus Al-Wasith)
Al-mu’jam al-wasith merupakan kamus yang disusun khusus
untuk yang ingin mendalami bahasa Arab. Beberapa kata yang sulit diberi contoh
dalam penggunaan sehari-hari dipaparkan dengan jelas dalam kamus ini, sehingga
memudahkan dalam pemahaman maksud kata tersebut. Kamus ini disusun berdasarkan aturan ilmu
perkamusan (leksikografi).
A. Dasar
penyusunan kamus :
Kamus secara umum, apabila dilihat dari klasifikasi ini
maka dapat dikategorikan ke dalam kamus lafdzhiy dan kamus ma’nawiy.
Seorang pembuat kamus apabila ia ingin mema’nai sesuatu yang masih samar dalam
ma’nanya maka tentunya ia tidak akan pernah terlepas dari aspek ma’na dan
pengucapan atau penguraian katanya ataupun tingkat penggunaannya dalam pengajaran.
Apabila
input lafadzh untuk suatu kamus beranjak dari lafad itu sendiri maka kamus tersebut dapat
dikelompokan ke dalam
salah satu jenis kamus alfabetis. Apabila dilihat dari segi tersebut, al-mu’jam al-wasith termasuk kelompok kamus lafdzhiy. Dan kamus ini dikarang oleh مجمع اللغة العربية بمصر
B. Metode
penyusunan kamus :
Metode penyusunan kamus lafdziy dibagi menjadi 2 yaitu
yang mengikuti huruf hijaiyyah dan ada pula yang mengikuti strukturnya. Yang
mengikuti huruf hijaiyyah ini ada yang mengikuti urutan fonem menurut tingkat
kesulitan pengucapannya baik dari yang paling mudah atau pun yang paling susah,
atau yang mengikuti urutan alfabetis baik dari awal urutan alphabet sampai
akkhir atau pun sebaliknya yaitu dari urutan terakhir sampai yang pertama, maka
al-mu’jam al-wasith dapat diklasifikasikan kedalam (معجم
الترتيب الأفبائى حسب أوائل الكلمات بعد التجريد).
C. Kekhususan
kamus :
Al-mu’jam
al-wasith dapat diklasifikasikan ke dalam general
dictionaries karena kamus ini hanya membahas kosa kata bahasa arab secara
umum tanpa ditonjolkan salah satu aspeknya.
D. Jumlah bahasa
yang digunakan :
Al-mu’jam
al-wasith yang hanya menggunakan satu bahasa saja dan dapat dikelompokan kedalam kamus monolingual.
Yakni dalam
kamus ini hanya menterjemahkan bahasa arab ke dalam
bahasa arab lagi.
E. Ukuran kamus :
Dalam hal ini apabila kita melihat al-mu’jam al-wasith
dari segi ukuran kamus maka kita dapat mengklasifikasikan al-mu’jam
al-wasith kedalam kelas kamus al-wasith seperti namanya. Klasifikasi kamus
dari segi ukuran kamus dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi. Yaitu sebagai
berikut :
1. Kamus besar : 60.000
lebih input lafadzh.
2. Kamus menengah : 35.000
– 60.000 input lafadzh.
3. Kamus kecil/singkat :
mencapai
30.000 – 35.000 input lafadzh.
4. Kamus saku : mencapai antara 5.000 – 15.000
input lafadzh.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka al-mu’jam
al-wasith digolongkan ke dalam
kelompok kamus menengah karena kamus al-mu’jam
al-wasith ini jumlah inputnya tidak sebanyak lisanu al-‘arab dan tahdzibu
al-lughah, sehingga tidak dapat digolongkan kedalam kamus besar.
F. Fungsi al-mu’jam al-wasith
1. Dari segi menjelaskan makna
Al-mu’jam al-wasith sebagai
suatu kamus yang ditinjau dari segi isinya cenderung diperuntukan bagi orang
arab itu sendiri tentunya cukup memiliki kompetensi dalam hal ini. Dilihat dari
ukuran kamusnya itu sendiri pun walaupun tidak bias disamakan dengan lisanu
al-‘arab tetapi kamus ini jelas ditujukan untuk kalangan mahasiswa dan dosen.
2. Dari segi cara pengucapan
Seperti apa yang telah dijelaskan sebelumnya
pada penjelasan nomor 1, yaitu bahwasannya al-mu’jam al-wasith ini memang
ditujukan bagi penutur asli bahasa arab, sehingga kita tidak akan menemukan
item-item yang biasa ditemukan di kamus bilingual atau multilingual. Sehingga
petunjuk semacam cara membaca tidak perlu dijelaskan lagi. Tetapi walaupun
tidak ada tanda yang digunakan untuk menunjukan intonasi pengucapan tetapi
dalam al-mu’jam al-wasith kita akan menemukan beberapa kosa kata yang
dilengkapi dengan tanda baca dengan beberapa fungsi tergantung konteksnya.
3. Dari segi penguraian suatu kata
Sebagai kamus yang ditujukan bagi kalangan
akademisi maka kita tentunya mendapati pemaparan perubahan suatu leksem dari
leksem itu sendiri sebagai suatu akar kata sampai kepada proses derivasinya.
4. Penjelasan mengenai suatu kata dalam tataran
sintaksis.
Dalam al-mu’jam al-wasith kita akan menemukan
contoh penerapan suatu kata pada tataran kalimat pada setiap perubahan kata
tersebut. Dengan cara ini kita dapat membedakan 2 kata yang memiliki makna yang
mirip tetapi berbeda.
5. Penjelasan tentang perubahan yang
diakibatkan oleh proses morfologis yang terjadi oleh suatu kata.
Tentunya hal ini menjadi unsur yang penting
saat suatu kamus ditujukan untuk kalangan akademisi, sehingga dengan tidak
adanya hal ini akan menjadikan suatu kamus kurang memiliki fungsi, karena
terkadang seorang akademisi lebih merujuk kepada kamus untuk meninjau perubahan
morfologis ini serta membandingkannya dengan kamus-kamus yang lain.
Mohon izin ikut ngopy,Syukran katsir jazakallaahu khairal jaza
BalasHapus