Sabtu, 14 Juni 2014

المعاجم العربية (Kamus-Kamus Bahasa Arab)




1.     المعجم العين

A.    Biografi pengarang



Penulis mu’jam Al-‘Ain adalah khalil bin ahmad (718-786 M), beliau dilahirkan di Umam akn tetapi tumbuh besar, belajar dan mengajar di Bashrah. Beliau berasal dari kabilah Al-Azd dan dikenal dengan Al-Farahidi.

Diantara karangan beliau adalah Al-Arudh, Asy-Syawahid, Al-Jumal, Al-Iqna, dan An-Naqth Wa Asy-Syakal dan Kitab al-ain (mu’jam al-‘ain) yang merupakan kamus pertama yang sampai kepada kita.
Diantara karangan beliau adalah Al-Arudh, Asy-Syawahid, Al-Jumal, Al-Iqna, dan An-Naqth Wa Asy-Syakal dan Kitab al-ain (mu’jam al-‘ain) yang merupakan kamus pertama yang sampai kepada kita.

B.    Metode penulisan
Diantara metode penulisan yang digunakan al-khalil dalam kitab al-ain adalah sebagai berikut.
Urutan entri-entri sesuai dengan makhraj (tempat keluar) suara sebagai berikut.
و ي اف ب مر ل نظ ذ ث ط د تص س ز- ج ش ضق كع ح هـ خ غ
Khalil menyusun urutan huruf tersebut berdasarkan tempat keluarnya huruf itu, yaitu mulai dari ujung tenggorokan sampai syafah (bibir)
Penyusunan jumlah kalimah (kata) mengikuti aturan huruf-huruf asli, tanpa mempedulikan huruf-huruf tambahan atau huruf-huruf yang dibalik/dioplos(taqlibat).
Mengikuti susunan taqlibat (pembalikan huruf ) yang digagas khalil sendiri. Ia memproses satu kalimah dan membaliknya masih dalam satu tempat. Misalnya kita dapat menemukan kalimahب ع د- ب غ د ب ع د د ع ب د ب ع ع د ب ع ب د  semuanya dalam satu entri kalimah serta berada di bawah huruf ain (ع), karena huruf ain lebih  dahulu dari (ب) dan د) sesuai urutan makhraj huruf. Untuk itu, khalil memulai kamusnya dengan entri kalimah عق kemudian عك, tetapi ia tidak melanjutkan kepada kata-kata yang tersusun dari huruf’ ain dan ha atau dari huruf ain dan kha.
2.     المعجم المحيط (kamus Al-Muhith)
Sejak abad 8 H kamus muhit merupakan salah satu kamus pilar dan paling populer. Kamus ini sering digunakan sebagai rujukan utama oleh para ahli bahasa, ahli tafsir, ahli hadits, ahli fiqih dan juga para pujangga sastra Arab. Lihat dalam teks Arab klasik maupun teks Arab kontemporer yang terangkai dalam maktabah syamilah, bahwa penggunaan kamus muhit sangat dominan sebagai rujukan dalam menjelaskan makna kata-kata dari pada kamus lain. Ini menunjukan bahwa kamus muhit merupakan salah satu khazanah warisan abad pertengahan yang masih urgen dan digunakan sampai era modern saat ini. Kamus muhit merupakan karya Fairuz Abadi tahun 729 – 816 H (1308-1395 M) yang muncul setelah wafatnya ibnu mandlur pemilik kamus lisan al-Arab. Kamus ini menggunakan model qofiyah yaitu melakukan pencarian huruf dasar atau akar kata lalu di urutkan dari belakang, dengan melihat huruf akhir dalam akar kata tersebut kemudian kembali ke huruf awal. Model penyusunan seperti ini bisa di temukan pada kamus al-Shihah karya al-Jauhary, Taaj al-`Arus karya al-Zubaidy, al-Bughyah karya al-Suyuthy, dan kamus lisan al-Arab karya  ibnu mandlur.
Kamus muhit ini kurang populer di kalangan pelajar Indonesia. Di antara alasannya adalah karena penyusunannya menggunakan model qofiyah, dan ditulis dengan menggunakan satu bahasa. Mereka lebih memilih menggunakan model kamus modern (al-ma`ajim al-`ashriyah) dengan penulisan dwibahasa atau lebih, cara penggunaannya biasanya dilakukan dengan pencarian akar kata lalu di urutkan dari depan ke belakang yaitu dari huruf awal, kedua dan ketiga sesuai abjad alphabet.  Seperti al-Maurid karya Said al-Khaury, al-Munjid karya Ma’luf dan al-Munawwir karya Ahmad Warson Munawwir Krapyak Jogjakarta.
3.     المعجم الوسيط (kamus Al-Wasith)
Al-mu’jam al-wasith merupakan kamus yang disusun khusus untuk yang ingin mendalami bahasa Arab. Beberapa kata yang sulit diberi contoh dalam penggunaan sehari-hari dipaparkan dengan jelas dalam kamus ini, sehingga memudahkan dalam pemahaman maksud kata tersebut. Kamus ini disusun berdasarkan aturan ilmu perkamusan (leksikografi).
A.    Dasar penyusunan kamus :
Kamus secara umum, apabila dilihat dari klasifikasi ini maka dapat dikategorikan ke dalam kamus lafdzhiy dan kamus ma’nawiy. Seorang pembuat kamus apabila ia ingin mema’nai sesuatu yang masih samar dalam ma’nanya maka tentunya ia tidak akan pernah terlepas dari aspek ma’na dan pengucapan atau penguraian katanya ataupun tingkat penggunaannya dalam pengajaran. Apabila input lafadzh untuk suatu kamus beranjak dari lafad itu sendiri maka kamus tersebut dapat dikelompokan ke dalam salah satu jenis kamus alfabetis. Apabila dilihat dari segi tersebut, al-mu’jam al-wasith termasuk kelompok kamus lafdzhiy. Dan kamus ini dikarang oleh مجمع اللغة العربية بمصر
B.    Metode penyusunan kamus :
Metode penyusunan kamus lafdziy dibagi menjadi 2 yaitu yang mengikuti huruf hijaiyyah dan ada pula yang mengikuti strukturnya. Yang mengikuti huruf hijaiyyah ini ada yang mengikuti urutan fonem menurut tingkat kesulitan pengucapannya baik dari yang paling mudah atau pun yang paling susah, atau yang mengikuti urutan alfabetis baik dari awal urutan alphabet sampai akkhir atau pun sebaliknya yaitu dari urutan terakhir sampai yang pertama, maka al-mu’jam al-wasith dapat diklasifikasikan kedalam (معجم الترتيب الأفبائى حسب أوائل الكلمات بعد التجريد).

C.    Kekhususan kamus :
Al-mu’jam al-wasith dapat diklasifikasikan ke dalam general dictionaries karena kamus ini hanya membahas kosa kata bahasa arab secara umum tanpa ditonjolkan salah satu aspeknya.
D.    Jumlah bahasa yang digunakan :
Al-mu’jam al-wasith yang hanya menggunakan satu bahasa saja dan dapat dikelompokan kedalam kamus monolingual. Yakni dalam kamus ini hanya menterjemahkan bahasa arab ke dalam bahasa arab lagi.
E.    Ukuran kamus :
Dalam hal ini apabila kita melihat al-mu’jam al-wasith dari segi ukuran kamus maka kita dapat mengklasifikasikan al-mu’jam al-wasith kedalam kelas kamus al-wasith seperti namanya. Klasifikasi kamus dari segi ukuran kamus dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi. Yaitu sebagai berikut :
1. Kamus besar : 60.000 lebih input lafadzh.
2. Kamus menengah : 35.000 – 60.000 input lafadzh.
3. Kamus kecil/singkat : mencapai 30.000 – 35.000 input lafadzh.
4. Kamus saku : mencapai antara 5.000 – 15.000 input lafadzh.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka al-mu’jam al-wasith digolongkan ke dalam kelompok kamus menengah karena kamus al-mu’jam al-wasith ini jumlah inputnya tidak sebanyak lisanu al-‘arab dan tahdzibu al-lughah, sehingga tidak dapat digolongkan kedalam kamus besar.
F. Fungsi al-mu’jam al-wasith
1. Dari segi menjelaskan makna
Al-mu’jam al-wasith sebagai suatu kamus yang ditinjau dari segi isinya cenderung diperuntukan bagi orang arab itu sendiri tentunya cukup memiliki kompetensi dalam hal ini. Dilihat dari ukuran kamusnya itu sendiri pun walaupun tidak bias disamakan dengan lisanu al-‘arab tetapi kamus ini jelas ditujukan untuk kalangan mahasiswa dan dosen.
2. Dari segi cara pengucapan
Seperti apa yang telah dijelaskan sebelumnya pada penjelasan nomor 1, yaitu bahwasannya al-mu’jam al-wasith ini memang ditujukan bagi penutur asli bahasa arab, sehingga kita tidak akan menemukan item-item yang biasa ditemukan di kamus bilingual atau multilingual. Sehingga petunjuk semacam cara membaca tidak perlu dijelaskan lagi. Tetapi walaupun tidak ada tanda yang digunakan untuk menunjukan intonasi pengucapan tetapi dalam al-mu’jam al-wasith kita akan menemukan beberapa kosa kata yang dilengkapi dengan tanda baca dengan beberapa fungsi tergantung konteksnya.
3. Dari segi penguraian suatu kata
Sebagai kamus yang ditujukan bagi kalangan akademisi maka kita tentunya mendapati pemaparan perubahan suatu leksem dari leksem itu sendiri sebagai suatu akar kata sampai kepada proses derivasinya.
4. Penjelasan mengenai suatu kata dalam tataran sintaksis.
Dalam al-mu’jam al-wasith kita akan menemukan contoh penerapan suatu kata pada tataran kalimat pada setiap perubahan kata tersebut. Dengan cara ini kita dapat membedakan 2 kata yang memiliki makna yang mirip tetapi berbeda.
5. Penjelasan tentang perubahan yang diakibatkan oleh proses morfologis yang terjadi oleh suatu kata.
Tentunya hal ini menjadi unsur yang penting saat suatu kamus ditujukan untuk kalangan akademisi, sehingga dengan tidak adanya hal ini akan menjadikan suatu kamus kurang memiliki fungsi, karena terkadang seorang akademisi lebih merujuk kepada kamus untuk meninjau perubahan morfologis ini serta membandingkannya dengan kamus-kamus yang lain.

1 komentar:

  1. Mohon izin ikut ngopy,Syukran katsir jazakallaahu khairal jaza

    BalasHapus