Minggu, 31 Desember 2017

VARIABEL, POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN



PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Apa yang akan diteliti dalam sebuah penelitian? Yang akan diteliti dalam sebuah penelitian adalah sebuah variabel. Jadi variabel adalah segala sesuatu dalam bentuk apa saja yang akan diteliti dalam sebuah penelitian. Yang ditetapkan oleh peneliti dan dicari informasi dari hal tersebut  untuk dapat ditarik kesimpulan.
Secara teoritis variabel juga dapat diartikan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai tidak sama atau berbeda. Dengan begitu dapat dikatakan variabel itu merupakan sesuatu yang bervariasi, dinamakan variabel dikarenakan terdapat variasinya.
Variabel menjadi hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, dalam kuantitatif maupun kualitatif. Namun terkadang peneliti merasa bingung dengan apa yang dimaksud dengan  variabel dan apa saja jenisnya dalam penelitian. Dari berbagai pertanyaan itulah perlu dibahas kembali mengenai variabel.
Disamping variabel, populasi dan sampel merupakan dua istilah kunci yang selalu muncul dalam kegiatan penelitian terutama penelitian kuantitatif. Pemelihan sampel merupakan satu tahap yang penting dalam penelitian. Hal ini tidak akan dilewatkan oleh peneliti, sejak ia merumuskan masalah dan tujuan penelitian, sebab pada dasarnya penelitian ditentukan oleh langkah-langkah pelaksanaannya dan pemilihan instrumennya, termasuk sampel.

B.  Rumusan Masalah
1.     Apa pengertian dan definisi variabel dalam penelitian?
2.     Apa saja jenis variabel dalam penelitian kuantitatif?
3.      Apa pengertian populasi dan sampel dalam penelitian?
4.     Bagaimana teknik pengumpulan sampel?
5.     Bagaimana menentukan jumlah sampel?

C.  Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang :
1.     Pengertian dan definisi variabel dalam penelitian
2.     Jenis variabel dalam penelitian kuantitatif
3.      Pengertian populasi dan sampel
4.      Teknik pengumpulan sampel
5.     Penentuan jumlah sampel

PEMBAHASAN
A.  Definisi dan Pengertian Variabel
Para ahli mengartikan variabel sebagai segala sesuatu yang memiliki variasi dan dapat diukur. Ada pun pendapat lain tentang variabel adalah sesuatu yang dimanipulasi, dikontrol dan diamati dalam suatu penelitian. Beberapa ahli lain berpendapat bahwa kemampuan untuk menganalisis variabel merupakan syarat mutlak bagi setiap peneliti. Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang memiliki variasi dan dapat diukur yang telah ditentukan peneliti untuk dimanipulasi, dikontrol dan diamati selama penelitian sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan.
Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya ditentukan oleh hipotesis penelitian. Sehingga setiap penelitian memiliki variabel yang berbeda-beda tergantung dari landasan teoritisnya. Variabel-variabel yang ingin diteliti perlu ditetapkan,diidentifikasi dan ditetapkan. Dan jumlah variabel tergantung dengan luas dan sempitnya penelitian yang akan dilakukan.
Peneliti harus melakukan pemilihan dengan sanat hati-hati untuk menentukan variabel penelitian, karena variabel penelitian dalam pembelajaran bahasa arab khususnya memiliki batasan-batasan yang sedikit abstrak. Sehingga suatu konsep dalam penelitian tersebut perlu diubah dan dikembangkan menjadi konsep yang lebih jelas sehingga dapat diukur dengan akurat. Sugiyono (2010:38) menyatakan, variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai atau sifat orang, objek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti guna dipelajari dan selanjutnya ditarik kesimpulannya.
1.     Hatch & Farhady (1981)
Variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu pbyek dengan obyek yang lain.
2.     Kerlinger (1973)
Variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yangakan dipelajari. Misalnya : tingkat aspirasi, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, penghasilan, prestasi belajar dan lain-lain. Variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian, variabel itu adalah suatu variasi.
3.     C.M. Charles (2010)
Variabel didefinisikan sebagai “characteristics that tend to differ from individual to individuak, though any two or more individuaks may have the same variable trait or measure”. Maksudnya adalah meskipun ada dua atau lebih individu mungkin ada satu atau dua individu yang memiliki sifat variabel yan sama.
4.     Mustafa (2000)
Variabel merupakan setiap hal dalam suatu penelitian yang datanya ingin diperoleh.
5.     Dr. Soekidjo Notoatmojo (2002)
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. Misalnya ; umur, jenis kelamin, pendidikan, sttaus perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, penyakit dan sebagainya.

Berdasarkan pengertian ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa segala sesuatu yang memiliki variasi bisa disebut variabel. Sedangkan yang tidak memiliki variasi tidak dapat digolongkan sebagai variabel. Variabel selalu ada dalam sebuah penelitian, baik itu kualitatif atau kuantitatif. Jadi variabel adalah suatu konsep yang memiliki variasi. Konsep siswa dalam sebuah penelitian bukanlah sebuah variabel karena tidak memiliki variasi. Namun konsep-konsep lain yang bersinggungan dengan siswa bisa jadi menjadi sebuah variabel. Sebagao contoh adalah prestasi siswa, hasil belajar siswa dan status siswa. Konsep prestasi siswa bisa digolongkan sebagai variabel karena memiliki variasi, dalam kenyataannya setiap siswa memiliki prestasi yang bermacam-macam. Ada siswa yang memiliki banyak prestasi, ada pula yang kurang berprestasi.
Adapun dalam konsep hasil belajar siswa. Konsep ini memiliki variasi berupa tingkatan hasil belajar siswa, ada siswa yang hasil belajarnya baik ada pula yang kurang baik. Dari sini hasil belajar bisa menjadi sebuah variabel penelitian. Adapun konsep-konsep yang tidak mengandung variasi nilai dapat dijadikan sebuah variabel dengan cara menambahkan atribut tertentu pad konsep tersebut. Sebagai contoh, konsep belajar bukanlah suatu variabel namun dapat diubah menjadi variabel dengan menambahkan atribut menjadi proses belajar, hasil belajar, cara belajar, prestasi belajar dan lain sebagainya.
Dalam sebuah penelitian variabel memiliki ciri-ciri khusus yaitu ; memiliki variasi nilai, membedakan dari satu objek dari objek yang lain dalam satu populasi, dan dapat diukur.

B.  Jenis-jenis Variabel dalam Penelitian Kuantitatif
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka variabel dalam penelitian kuantitatif dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu ;

1.   Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang dapat diamati dan dinilai sebagai penyebab dari suatu tingkah laku ( Huda, 1991), atau variabel yang diduga sebagai sebab munculnya variabel lain, yakni variabel terikat. Dikatakan sebagai variabel bebas karena variabel tersebut bebas mempengaruhi variabel lain. Dalam terminologi penelitian, variabel bebas biasa disimbolkan dengan (x) (Ainin, 2016).
Misalnya, dalam penelitian tentang pengaruh metode langsung dalam pembelajaran bahasa Arab. Metode langsung merupakan variabel bebas. Variabel bebas ini biasanya dimanipulasi atau diubah-ubah, diamati, dan diukur oleh peneliti untuk melihat dampaknya atau pengaruhnya terhadap variabel terikat.



2.   Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah suatu variabel yang diakibatkan oleh variabel bebas (Ubaidat, et all 1987). Variabel terikat ini merupakan variabel akibat, respon, atau output. Sebagai variabel respon berati variabel ini akan muncul sebagai akibat dari manipulasi suatu variabel, yakni variabel bebas (Ibnu, 2003). Dalam terminologi penelitian, variabel terikat ini dilambangkan dengan (y). Sebagai contoh dalam penelitian tentang pengaruh media pembelajaran lagu bahasa arab pada minat belajar siswa. Minat belajar siswa adalah variabel terikat (y). Karena merupakan akibat dari penggunaan media pembelajaran lagu bahasa arab (x). Dan pertanyaan yang mengemuka adalah apakah dengan penggunaan media pembelajaran lagu bahasa arab minat belajar siswa meningkat? Jika iya apakah signifikan? Jika tidak berpengaruh bagaimana? Dan lain sebagainya.

3.   Variabel Moderator
Variabel moderator merupakan variabel bebas kedua yaitu variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan terikat. Jika semakin besar (kuat), variabel ini akan semakin mempengaruhi variabel bebas atas variabel terikat. Jika pengaruh variabel moderator ini lemah, maka akibatnya pun akan lemah.
Misalnya, dalam penelitian tentang hubungan motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, (x) adalah motivasi belajar siswa dan (y) adalah hasil belajar siswa. Diantara hubungan kedua variabel tersebut terdapat variabel pembantu salah satunya yaitu  (a) peranan guru. Jika peranan guru dalam menciptakan iklim belajar sangat baik, maka semakin besar efek yang akan terjadi pada (y). Sedangkan jika guru tidak berperan dengan baik dalam mencipkan iklim belajar, maka efek yang akan terjadi pada (y) kecil.

4.   Variabel Pengganggu (Intervening)
Variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan terikat, dan tidak dapat diamati dan diukur. Misalnya: proses belajar yang terjadi pada diri siswa (keterlibatan siswa dalam proses belajar, mengantuk, melamun, tidak memperhatikan.). variabel ini dapat juga disebut variabel penyela atau antara.
5.   Variabel Kontrol
Variabel ini merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel ini digunakan jika peneliti ingin melakukan perbandingan. Misalnya: membandingkan hasil belajar antara kelompok X dan Y. di sini terdapat variabel kontrol yang berupa soal yang digunakan harus sama.
Jadi variabel kontrol adalah variabel yang sengaja dibuat untuk menguji beberapa instrumen variabel untuk membandingkan dua atau lebih hasil yang didapatkan dari penelitian guna ditarik kesimpulan.

C.  Pengertian Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Jadi populasi bisa berupa orang, hewan, pohon, tumbuh-tumbuhan, ungkapan verbal (frasa, kalimat, teks) atau dokumen dan barang cetak.
Populasi yang berupa orang biasa disebut dengan subyek penelitian. Sedangkan yang bukan berupa manusia disebut obyek penelitian. Apabila peneliti akan meneliti kemampuan berbicara bahasa Arab siswa SMA se-kota Malang, maka populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA se-kota Malang yang mengambil pelajaran bahasa Arab.
Menurut Sukmadinata (2005), populasi dibedakan menjadi dua yaitu populasi secara umum dan populasi target. Berdasarkan contoh diatas populasi umumnya adalah semua siswa SMA se kota Malang. Sedangkan populasi targetnya adalah semua siswa SMA se-kota Malang yang mengambil mata pelajaran bahasa Arab. Sehingga penelitian tersebut tidak berlaku untuk siswa SMA di kota Malang yang tidak mengambil mata pelajaran bahasa Arab.
Populasi dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu populasi terhingga dan tak terhingga. Populasi terhingga adalah populasi yang dapat diketahui dengan jelas jumlahnya, seperti jumlah sekolah MAN di Malang, jumlah siswa yang mengambil mata pelajaran bahasa Arab dan lain-lain. Sedangkan yang tak terhingga adalah orang yang menyukai bahasa Arab, jumlah siswa yang tidak suka bahasa Arab dan lain-lain.
Sampel adalah kelompok kecil yang diamati. Nazir (1988) mengemukakan bahwa sampel merupakan bagian dari populasi. Jika seorang peneliti ingin meneliti tentang kemampuan berbicara bahasa Arab siswa SMA se-kota Malang. Maka tidak mungkin peneliti akan meneliti satu persatu siswa yang ada di kota Malang. Mengingat begitu banyaknya siswa dan SMA di kota Malang. Sehingga diperlukan kelompok kecil yang akan diamati secara langsung oleh peneliti. Dengan memilih SMA tertentu yang menjadi sampel kemudian diteliti dan hasilnya di berlakukan untuk semua SMA yang ada di kota Malang.
Penarikan sampel adalah yang sangat penting dalampenelitian. Karena dari sampel tersebut data penelitian diperoleh. Sampel yang dipilih harus mewakili semua data populasi yang ada. Sehingga harus memiliki karakteristik yang sesuai dengan alasan teoritis dan praktis. Karena salah dalam penentuan sampel akan berakibat pada biasnya data dan rancunya penelitian. Ditinjau dari alasan praktis, pemilihan sampel harus mempertimbangkan biaya, waktu dan tenaga. Sehingga dengan data yang minimalpun dapat mewakili seluruh populasi.

D.  Teknik Pengumpulan Sampel
Sebagaimana tersebut di atas, sampel harus mewakili seluruh populasi. Sehingga teknik pemilihan sampel harus benar-benar diperhatikan oleh peneliti. Setiap teknik memiliki kekhasan tersendiri dalam penggunaannya. Menurut Ibnu (2003) teknik pengumpulan sampel terdiri dari dua jenis yaitu sampling nonprobabilitas dan sampling probabilitas.
1.   Sampel Seenaknya
Dari namanya, dapat dipahami bahwa teknik pengambilan sampel dengan cara ini dilakukan seenaknya. Tanpa mempertimbangkan dan rencana. Peneliti memanfaatkan subyek-subyek yang ada yang telah ditemukan peneliti. Pada teknik ini, sangat mungkin sampel yang diambil tidak bisa mewakili suatu populasi. Dan hal ini menjadi kelemahan teknik seenaknya ini.
2.   Sampling Pertimbangan
Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu realitas, bahwa sampel yang dipilih dan ditetapkan oleh peneliti didasarkan pada pertimbangan tertentu.
Menurut Arikunto (1993) , penggunaan sampel pertimbangan atau purposive ini, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan, yaitu : (a) pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri pokok populasi. (b) Subyek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat dalam populasi. (c) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan.
3.   Sampling Random Sederhana
Jika suatu anggota memiliki peluang yang sama untuk bisa menjadi sampel penelitian, maka teknik random sederhana inilah yang dapat digunakan. Teknik ini sering disebut teknik sampling random tak terbatas (ibnu, 2003) salah satu cara yang digunakan dalam teknik ini adalah teknik undian. Dengan member nomor masing-masing anggota populasi kemudian mengocoknya dan mengambil secara acak nomor-nomor tersebut.
4.   Sampling Sistematis
Teknik ini biasa disebut juga dengan teknik sampling random terbatas. Karena pengambilan sampel dengan batasan atau aturan tertentu yang sistematis. Dengan menetapkan rentang yang konsisten antara satu  nomor dengan nomor berikutnya. Misalnya dalam sebuah penelitian terdapat populasi sebesar 500 dan akan diambil 50 sampel (10%) maka k=500:50 = 5. Ini artinya perbandingan sampel terhadap populasinya adalah 1:10 dan rentangan yang digunakan bisa 5. Apabila sampel pertama nomor urut 5 jadi sampel selanjutnya adalah subyek nomor 15,25,35,45,dan seterusnya hingga terkumpul 50 sampel.

5.   Sampling Random Bertingkat
Teknik sampling ini biasa digunakan apabila populasi terdiri dari sub-kelompok atau strata yang mungkin memiliki cirri yang berbeda. Seperti dalam SMA terdapat kelas I, II, dan III. Maka pemilihan sampelnya harus dilakukan pada setiap tingkatan tersebut. Misalnya peneliti ingin meneliti tentang pengaruh metode langsung dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab siswa SMA. Jadi peneliti harus mengambil dampel secara bertingkat pada  siswa kelas I, II dan III. Masing-masing tingkatan pun harus dicari sampel nya pada kelas yang mana dan siswa yang bagaimana. Dengan teknik ini akan menjaga keterwakilan kelompok tertentu yang ada dalam populasi.
6.   Teknik Sampel Klaster (Cluster Sampling)
Teknik ini digunakan apabila anggota sampel memiliki karakteristik yang berbeda. Bukan hanya berbeda dalam tingkatan. Namun, berbeda menurut profesi, pangkat dan lain-lain. Misalnya seorang penelitia ingin meneliti tentang persepsi pembelajaran bahasa Arab di sebuah kampus. Jadi peneliti harus mengambil sampel dari berbagai macam sampel. Yaitu dosen, mahasiswa, staf administrasi, ketua jurusan, dan lain sebagainya. Jika penelitian tersebut memiliki sampel yang tidak mencakup semua aspek yang ada di dalam kampus. Maka penelitian tersebut memiliki data yang tidak valid dan bias.
7.   Sampel Wilayah
Teknik ini digunakan jika populasi yang akan diteliti tersebar diberbagai daerah bahkan mencapai sebuah negara. Sehingga tidak memungkinkan untuk meneliti satu persatu sekolah, kabupaten dan provinsi. Sehingga perlu dipilih beberapa wilayah untuk menjadi tempat pengambilan sampel. Bisa dengan teknik sampling random sederhana. Jika penelitian tentang kemampuan berbicara bahasa Arab guru SMA di Indonesia dan yang terpilih sebagai wilayah pengambilan sampel adalah Sumatra Barat, Jawa Timur dan Bali. Maka dengan teknik random sederhana peneliti dapat memilih kabupaten mana dari masing-masing wilayah tersebut kemudian sekolah mana yang akan dipilih. Sehingga sampel mampu mewakili seluruh pupolasi guru bahasa Arab di Indonesia dan hasil penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

E.  Penentuan Jumlah Sampel
Menentukan jumlah sampel dalam penelitian tergantung pada jenis atau rancangan penelitiannya. Persentase sampel untuk suatu penelitian yang populasinya heterogen dan variabilitasnya tinggi tentunya harus memiliki sampel yang lebih besar daripada persentase populasi homogen dan variabilitasnya lebih rendah. (Ibnu dkk, 2003)
Jumlah sampel untuk penelitian survei lebih besar daripada jumlah sampel untuk penelitian korelasi atau eksperimen. Secara prinsipal penentuan jumlah sampel sehingga dapat digeneralisasikan harus memperhatikan prinsip representative dan tidak mengandung bias.
Secara kuantitatif, sejauh ini belum ada pedoman pasti untuk menentukan jumlah sampel. Namun menurut Gay (1987) dalam Ainin (2016) misalnya menentukan besarnya sampel dari penelitian deskriptif adalah 10 % dari jumlah populasi, tetapi jika populasi itu kecil, maka sampel yang ditetapkan mencapai 20 %.  Pendapat ini sejalan dengan pendapat Ibnu, dkk (2003), bahwa rentangan persentase besarnya sampel antara 2-20% dari jumlah populasi.

F.   Kesimpulan
Sebelum melakukan sebuah penelitian, seorang peneliti harus menentukan obyek atau subyek penelitiannya. Perlu menentukan variabel yang akan ia bahas dan teliti. Sehingga penelitian tersebut memiliki tujuan yang jelas dan tegas. Dalam pemilihan subyek/obyek penelitian tersebut terdapat berbagai teknik yang dapat digunakan peneliti untuk memeroleh sampel penelitian. Pengetahuan dan pengertian tentang variabel, populasi dan sampel menjadi sangat penting bagi peneliti kuantitatif. Karena inti dari penelitian tersebut adalah ketiga hal tersebut.


G. Daftar Pustaka
Ainin, Moh. 2016. Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Malang: CV. Bintang Sejahtera.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian : Suatu Pengantar Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Ibnu, Suhadi, Mukhadis, Amat, dan Dasna, I Wayan. (Eds.). 2003. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang.
Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian: Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfa Beta.
Sukmadinata, Nana Syaodah. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Roesdakarya.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar