PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apa yang akan diteliti dalam sebuah
penelitian? Yang akan diteliti dalam sebuah penelitian adalah sebuah variabel.
Jadi variabel adalah segala sesuatu dalam bentuk apa saja yang akan diteliti
dalam sebuah penelitian. Yang ditetapkan oleh peneliti dan dicari informasi
dari hal tersebut untuk dapat ditarik
kesimpulan.
Secara teoritis variabel juga dapat diartikan sebagai
suatu sifat yang diambil dari suatu nilai tidak sama atau berbeda. Dengan begitu dapat dikatakan variabel itu merupakan sesuatu yang
bervariasi, dinamakan variabel dikarenakan terdapat variasinya.
Variabel menjadi hal yang sangat penting dalam
sebuah penelitian, dalam kuantitatif maupun kualitatif. Namun terkadang
peneliti merasa bingung dengan apa yang dimaksud dengan variabel dan apa saja jenisnya dalam
penelitian. Dari berbagai pertanyaan itulah perlu dibahas kembali mengenai
variabel.
Disamping variabel, populasi dan sampel
merupakan dua istilah kunci yang selalu muncul dalam kegiatan penelitian
terutama penelitian kuantitatif. Pemelihan sampel merupakan satu tahap yang
penting dalam penelitian. Hal ini tidak akan dilewatkan oleh peneliti, sejak ia
merumuskan masalah dan tujuan penelitian, sebab pada dasarnya penelitian
ditentukan oleh langkah-langkah pelaksanaannya dan pemilihan instrumennya,
termasuk sampel.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan definisi variabel dalam penelitian?
2. Apa saja jenis variabel dalam penelitian kuantitatif?
3. Apa
pengertian populasi dan sampel dalam penelitian?
4. Bagaimana teknik pengumpulan sampel?
5. Bagaimana menentukan jumlah sampel?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan
tentang :
1. Pengertian dan definisi variabel dalam penelitian
2. Jenis variabel dalam penelitian kuantitatif
3. Pengertian populasi dan sampel
4. Teknik pengumpulan sampel
5. Penentuan jumlah sampel
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Pengertian Variabel
Para ahli mengartikan variabel sebagai segala
sesuatu yang memiliki variasi dan dapat diukur. Ada pun pendapat lain tentang
variabel adalah sesuatu yang dimanipulasi, dikontrol dan diamati dalam suatu
penelitian. Beberapa ahli lain berpendapat bahwa kemampuan untuk menganalisis
variabel merupakan syarat mutlak bagi setiap peneliti. Dari beberapa pendapat
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang
memiliki variasi dan dapat diukur yang telah ditentukan peneliti untuk
dimanipulasi, dikontrol dan diamati selama penelitian sehingga dapat ditarik
sebuah kesimpulan.
Variabel penelitian ditentukan oleh landasan
teoritisnya dan kejelasannya ditentukan oleh hipotesis penelitian. Sehingga
setiap penelitian memiliki variabel yang berbeda-beda tergantung dari landasan
teoritisnya. Variabel-variabel yang ingin diteliti perlu
ditetapkan,diidentifikasi dan ditetapkan. Dan jumlah variabel tergantung dengan
luas dan sempitnya penelitian yang akan dilakukan.
Peneliti harus melakukan pemilihan dengan
sanat hati-hati untuk menentukan variabel penelitian, karena variabel
penelitian dalam pembelajaran bahasa arab khususnya memiliki batasan-batasan
yang sedikit abstrak. Sehingga suatu konsep dalam penelitian tersebut perlu
diubah dan dikembangkan menjadi konsep yang lebih jelas sehingga dapat diukur
dengan akurat. Sugiyono (2010:38) menyatakan, variabel penelitian adalah suatu
atribut atau nilai atau sifat orang, objek atau kegiatan yang memiliki variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti guna dipelajari dan selanjutnya ditarik
kesimpulannya.
1. Hatch & Farhady (1981)
Variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang atau
obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu pbyek
dengan obyek yang lain.
2. Kerlinger (1973)
Variabel adalah konstruk (constructs) atau
sifat yangakan dipelajari. Misalnya : tingkat aspirasi, pendidikan, status
sosial, jenis kelamin, penghasilan, prestasi belajar dan lain-lain. Variabel
dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda
(different values). Dengan demikian, variabel itu adalah suatu variasi.
3. C.M. Charles (2010)
Variabel didefinisikan sebagai
“characteristics that tend to differ from individual to individuak, though any
two or more individuaks may have the same variable trait or measure”. Maksudnya
adalah meskipun ada dua atau lebih individu mungkin ada satu atau dua individu
yang memiliki sifat variabel yan sama.
4. Mustafa (2000)
Variabel merupakan setiap hal dalam suatu
penelitian yang datanya ingin diperoleh.
5. Dr. Soekidjo Notoatmojo (2002)
Variabel mengandung pengertian ukuran atau
ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang
dimiliki oleh kelompok yang lain. Variabel adalah sesuatu yang digunakan
sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu
penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. Misalnya ; umur, jenis
kelamin, pendidikan, sttaus perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, penyakit dan
sebagainya.
Berdasarkan pengertian ahli diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa segala sesuatu yang memiliki variasi bisa disebut variabel.
Sedangkan yang tidak memiliki variasi tidak dapat digolongkan sebagai variabel.
Variabel selalu ada dalam sebuah penelitian, baik itu kualitatif atau
kuantitatif. Jadi variabel adalah suatu konsep yang memiliki variasi. Konsep
siswa dalam sebuah penelitian bukanlah sebuah variabel karena tidak memiliki
variasi. Namun konsep-konsep lain yang bersinggungan dengan siswa bisa jadi
menjadi sebuah variabel. Sebagao contoh adalah prestasi siswa, hasil belajar
siswa dan status siswa. Konsep prestasi siswa bisa digolongkan sebagai variabel
karena memiliki variasi, dalam kenyataannya setiap siswa memiliki prestasi yang
bermacam-macam. Ada siswa yang memiliki banyak prestasi, ada pula yang kurang
berprestasi.
Adapun dalam konsep hasil belajar siswa. Konsep ini
memiliki variasi berupa tingkatan hasil belajar siswa, ada siswa yang hasil
belajarnya baik ada pula yang kurang baik. Dari sini hasil belajar bisa menjadi
sebuah variabel penelitian. Adapun konsep-konsep yang tidak mengandung variasi
nilai dapat dijadikan sebuah variabel dengan cara menambahkan atribut tertentu
pad konsep tersebut. Sebagai contoh, konsep belajar bukanlah suatu variabel
namun dapat diubah menjadi variabel dengan menambahkan atribut menjadi proses
belajar, hasil belajar, cara belajar, prestasi belajar dan lain sebagainya.
Dalam sebuah penelitian variabel memiliki
ciri-ciri khusus yaitu ; memiliki variasi nilai, membedakan dari satu objek
dari objek yang lain dalam satu populasi, dan dapat diukur.
B. Jenis-jenis Variabel dalam Penelitian Kuantitatif
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel
yang lain, maka variabel dalam penelitian kuantitatif dibagi menjadi beberapa
bagian, yaitu ;
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang dapat
diamati dan dinilai sebagai penyebab dari suatu tingkah laku ( Huda, 1991),
atau variabel yang diduga sebagai sebab munculnya variabel lain, yakni variabel
terikat. Dikatakan sebagai variabel bebas karena variabel tersebut bebas
mempengaruhi variabel lain. Dalam terminologi penelitian, variabel bebas biasa
disimbolkan dengan (x) (Ainin, 2016).
Misalnya, dalam penelitian tentang pengaruh
metode langsung dalam pembelajaran bahasa Arab. Metode langsung merupakan
variabel bebas. Variabel bebas ini biasanya dimanipulasi atau diubah-ubah,
diamati, dan diukur oleh peneliti untuk melihat dampaknya atau pengaruhnya terhadap
variabel terikat.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah suatu variabel yang
diakibatkan oleh variabel bebas (Ubaidat, et all 1987). Variabel terikat ini
merupakan variabel akibat, respon, atau output. Sebagai variabel respon berati
variabel ini akan muncul sebagai akibat dari manipulasi suatu variabel, yakni
variabel bebas (Ibnu, 2003). Dalam terminologi penelitian, variabel terikat ini
dilambangkan dengan (y). Sebagai contoh dalam penelitian tentang
pengaruh media pembelajaran lagu bahasa arab pada minat belajar siswa. Minat
belajar siswa adalah variabel terikat (y). Karena merupakan akibat dari
penggunaan media pembelajaran lagu bahasa arab (x). Dan pertanyaan yang
mengemuka adalah apakah dengan penggunaan media pembelajaran lagu bahasa arab
minat belajar siswa meningkat? Jika iya apakah signifikan? Jika tidak
berpengaruh bagaimana? Dan lain sebagainya.
3. Variabel Moderator
Variabel moderator merupakan variabel bebas
kedua yaitu variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan
terikat. Jika semakin besar (kuat), variabel ini akan semakin mempengaruhi
variabel bebas atas variabel terikat. Jika pengaruh variabel moderator ini
lemah, maka akibatnya pun akan lemah.
Misalnya, dalam penelitian tentang hubungan motivasi
belajar siswa dan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, (x) adalah
motivasi belajar siswa dan (y) adalah hasil belajar siswa. Diantara
hubungan kedua variabel tersebut terdapat variabel pembantu salah satunya
yaitu (a) peranan guru. Jika peranan
guru dalam menciptakan iklim belajar sangat baik, maka semakin besar efek yang
akan terjadi pada (y). Sedangkan jika guru tidak berperan dengan baik
dalam mencipkan iklim belajar, maka efek yang akan terjadi pada (y) kecil.
4.
Variabel Pengganggu (Intervening)
Variabel
yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel bebas
dengan terikat, dan tidak dapat diamati dan
diukur. Misalnya:
proses belajar yang terjadi pada diri siswa (keterlibatan siswa dalam proses
belajar, mengantuk, melamun, tidak memperhatikan.). variabel ini dapat juga disebut variabel
penyela atau antara.
5. Variabel Kontrol
Variabel ini merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi
oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel ini digunakan jika peneliti
ingin melakukan perbandingan. Misalnya:
membandingkan hasil belajar antara kelompok X dan Y. di sini
terdapat variabel kontrol yang berupa soal yang digunakan harus
sama.
Jadi variabel kontrol adalah variabel yang sengaja dibuat untuk menguji
beberapa instrumen variabel untuk membandingkan dua atau lebih hasil yang
didapatkan dari penelitian guna ditarik kesimpulan.
C. Pengertian Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Jadi populasi bisa berupa orang,
hewan, pohon, tumbuh-tumbuhan, ungkapan verbal (frasa, kalimat, teks) atau dokumen
dan barang cetak.
Populasi yang berupa orang biasa disebut dengan subyek penelitian.
Sedangkan yang bukan berupa manusia disebut obyek penelitian. Apabila peneliti
akan meneliti kemampuan berbicara bahasa Arab siswa SMA se-kota Malang, maka
populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA se-kota Malang yang
mengambil pelajaran bahasa Arab.
Menurut Sukmadinata (2005), populasi dibedakan menjadi dua yaitu populasi
secara umum dan populasi target. Berdasarkan contoh diatas populasi umumnya
adalah semua siswa SMA se kota Malang. Sedangkan populasi targetnya adalah
semua siswa SMA se-kota Malang yang mengambil mata pelajaran bahasa Arab.
Sehingga penelitian tersebut tidak berlaku untuk siswa SMA di kota Malang yang
tidak mengambil mata pelajaran bahasa Arab.
Populasi dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu populasi terhingga dan tak
terhingga. Populasi terhingga adalah populasi yang dapat diketahui dengan jelas
jumlahnya, seperti jumlah sekolah MAN di Malang, jumlah siswa yang mengambil
mata pelajaran bahasa Arab dan lain-lain. Sedangkan yang tak terhingga adalah
orang yang menyukai bahasa Arab, jumlah siswa yang tidak suka bahasa Arab dan
lain-lain.
Sampel adalah kelompok kecil yang diamati. Nazir (1988) mengemukakan bahwa
sampel merupakan bagian dari populasi. Jika seorang peneliti ingin meneliti
tentang kemampuan berbicara bahasa Arab siswa SMA se-kota Malang. Maka tidak
mungkin peneliti akan meneliti satu persatu siswa yang ada di kota Malang.
Mengingat begitu banyaknya siswa dan SMA di kota Malang. Sehingga diperlukan
kelompok kecil yang akan diamati secara langsung oleh peneliti. Dengan memilih
SMA tertentu yang menjadi sampel kemudian diteliti dan hasilnya di berlakukan
untuk semua SMA yang ada di kota Malang.
Penarikan sampel adalah yang sangat penting dalampenelitian. Karena dari
sampel tersebut data penelitian diperoleh. Sampel yang dipilih harus mewakili
semua data populasi yang ada. Sehingga harus memiliki karakteristik yang sesuai
dengan alasan teoritis dan praktis. Karena salah dalam penentuan sampel akan
berakibat pada biasnya data dan rancunya penelitian. Ditinjau dari alasan
praktis, pemilihan sampel harus mempertimbangkan biaya, waktu dan tenaga.
Sehingga dengan data yang minimalpun dapat mewakili seluruh populasi.
D. Teknik Pengumpulan Sampel
Sebagaimana tersebut di atas, sampel harus mewakili seluruh populasi.
Sehingga teknik pemilihan sampel harus benar-benar diperhatikan oleh peneliti.
Setiap teknik memiliki kekhasan tersendiri dalam penggunaannya. Menurut Ibnu
(2003) teknik pengumpulan sampel terdiri dari dua jenis yaitu sampling
nonprobabilitas dan sampling probabilitas.
1. Sampel Seenaknya
Dari namanya, dapat dipahami bahwa teknik pengambilan sampel dengan cara
ini dilakukan seenaknya. Tanpa mempertimbangkan dan rencana. Peneliti
memanfaatkan subyek-subyek yang ada yang telah ditemukan peneliti. Pada teknik
ini, sangat mungkin sampel yang diambil tidak bisa mewakili suatu populasi. Dan
hal ini menjadi kelemahan teknik seenaknya ini.
2. Sampling Pertimbangan
Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu
realitas, bahwa sampel yang dipilih dan ditetapkan oleh peneliti didasarkan
pada pertimbangan tertentu.
Menurut Arikunto (1993) , penggunaan sampel pertimbangan atau purposive
ini, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan, yaitu : (a) pengambilan
sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu
yang merupakan ciri-ciri pokok populasi. (b) Subyek yang diambil sebagai sampel
benar-benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang
terdapat dalam populasi. (c) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan
cermat di dalam studi pendahuluan.
3. Sampling Random Sederhana
Jika suatu anggota memiliki peluang
yang sama untuk bisa menjadi sampel penelitian, maka teknik random sederhana
inilah yang dapat digunakan. Teknik ini sering disebut teknik sampling random
tak terbatas (ibnu, 2003) salah satu cara yang digunakan dalam teknik ini
adalah teknik undian. Dengan member nomor masing-masing anggota populasi
kemudian mengocoknya dan mengambil secara acak nomor-nomor tersebut.
4.
Sampling
Sistematis
Teknik ini biasa disebut juga dengan
teknik sampling random terbatas. Karena pengambilan sampel dengan batasan atau
aturan tertentu yang sistematis. Dengan menetapkan rentang yang konsisten
antara satu nomor dengan nomor
berikutnya. Misalnya dalam sebuah penelitian terdapat populasi sebesar 500 dan
akan diambil 50 sampel (10%) maka k=500:50 = 5. Ini artinya perbandingan sampel
terhadap populasinya adalah 1:10 dan rentangan yang digunakan bisa 5. Apabila
sampel pertama nomor urut 5 jadi sampel selanjutnya adalah subyek nomor
15,25,35,45,dan seterusnya hingga terkumpul 50 sampel.
5.
Sampling
Random Bertingkat
Teknik sampling
ini biasa digunakan apabila populasi terdiri dari sub-kelompok atau strata yang
mungkin memiliki cirri yang berbeda. Seperti dalam SMA terdapat kelas I, II,
dan III. Maka pemilihan sampelnya harus dilakukan pada setiap tingkatan
tersebut. Misalnya peneliti ingin meneliti tentang pengaruh metode langsung
dalam pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab siswa SMA. Jadi peneliti
harus mengambil dampel secara bertingkat pada
siswa kelas I, II dan III. Masing-masing tingkatan pun harus dicari
sampel nya pada kelas yang mana dan siswa yang bagaimana. Dengan teknik ini akan menjaga keterwakilan
kelompok tertentu yang ada dalam populasi.
6. Teknik Sampel Klaster (Cluster Sampling)
Teknik ini digunakan apabila anggota sampel
memiliki karakteristik yang berbeda. Bukan hanya berbeda dalam tingkatan.
Namun, berbeda menurut profesi, pangkat dan lain-lain. Misalnya seorang
penelitia ingin meneliti tentang persepsi pembelajaran bahasa Arab di sebuah
kampus. Jadi peneliti harus mengambil sampel dari berbagai macam sampel. Yaitu
dosen, mahasiswa, staf administrasi, ketua jurusan, dan lain sebagainya. Jika
penelitian tersebut memiliki sampel yang tidak mencakup semua aspek yang ada di
dalam kampus. Maka penelitian tersebut memiliki data yang tidak valid dan bias.
7. Sampel Wilayah
Teknik ini digunakan jika populasi yang akan diteliti tersebar diberbagai
daerah bahkan mencapai sebuah negara. Sehingga tidak memungkinkan untuk
meneliti satu persatu sekolah, kabupaten dan provinsi. Sehingga perlu dipilih
beberapa wilayah untuk menjadi tempat pengambilan sampel. Bisa dengan teknik
sampling random sederhana. Jika penelitian tentang kemampuan berbicara bahasa
Arab guru SMA di Indonesia dan yang terpilih sebagai wilayah pengambilan sampel
adalah Sumatra Barat, Jawa Timur dan Bali. Maka dengan teknik random sederhana
peneliti dapat memilih kabupaten mana dari masing-masing wilayah tersebut
kemudian sekolah mana yang akan dipilih. Sehingga sampel mampu mewakili seluruh
pupolasi guru bahasa Arab di Indonesia dan hasil penelitian tersebut dapat
dipertanggungjawabkan.
E. Penentuan Jumlah Sampel
Menentukan jumlah sampel dalam penelitian
tergantung pada jenis atau rancangan penelitiannya. Persentase sampel untuk suatu
penelitian yang populasinya heterogen dan variabilitasnya tinggi tentunya harus
memiliki sampel yang lebih besar daripada persentase populasi homogen dan
variabilitasnya lebih rendah. (Ibnu dkk, 2003)
Jumlah sampel untuk penelitian survei lebih
besar daripada jumlah sampel untuk penelitian korelasi atau eksperimen. Secara
prinsipal penentuan jumlah sampel sehingga dapat digeneralisasikan harus
memperhatikan prinsip representative dan tidak mengandung bias.
Secara kuantitatif, sejauh ini belum ada pedoman
pasti untuk menentukan jumlah sampel. Namun menurut Gay (1987) dalam Ainin
(2016) misalnya menentukan besarnya sampel dari penelitian deskriptif adalah 10
% dari jumlah populasi, tetapi jika populasi itu kecil, maka sampel yang
ditetapkan mencapai 20 %. Pendapat ini
sejalan dengan pendapat Ibnu, dkk (2003), bahwa rentangan persentase besarnya
sampel antara 2-20% dari jumlah populasi.
F. Kesimpulan
Sebelum melakukan sebuah penelitian, seorang
peneliti harus menentukan obyek atau subyek penelitiannya. Perlu menentukan
variabel yang akan ia bahas dan teliti. Sehingga penelitian tersebut memiliki
tujuan yang jelas dan tegas. Dalam pemilihan subyek/obyek penelitian tersebut
terdapat berbagai teknik yang dapat digunakan peneliti untuk memeroleh sampel
penelitian. Pengetahuan dan pengertian tentang variabel, populasi dan sampel
menjadi sangat penting bagi peneliti kuantitatif. Karena inti dari penelitian
tersebut adalah ketiga hal tersebut.
G. Daftar Pustaka
Ainin, Moh. 2016. Metodologi Penelitian Bahasa Arab.
Malang: CV. Bintang Sejahtera.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian : Suatu
Pengantar Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Ibnu, Suhadi, Mukhadis, Amat, dan Dasna, I
Wayan. (Eds.). 2003. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian:
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfa
Beta.
Sukmadinata, Nana Syaodah. 2005. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Roesdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar